Minggu, 03 April 2011

Baiturahman, Saksi Bisu Keberanian Rakyat Aceh

(foto: bandaacehtourism)
Jika berkunjung ke pusat kota Banda Aceh, maka Anda akan menemukan sebuah masjid yang sangat besar bernama Baiturahman. Masjid ini merupakan saksi bisu dari perjuangan dan keberanian rakyat Aceh dalam mengusir penjajah Belanda.
Masjid Baiturahman dibangun pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Pada saat itu masjid tersebut menjadi pusat pendidikan ilmu agama di Nusantara. Pada saat itu, banyak pelajar dari wilayah lain, bahkan dari Arab, Turki, India, dan Parsi yang datang ke Aceh untuk menimba ilmu agama.

Pada saat terjadinya perang Aceh pada tahun 1873-1904, Masjid ini juga menjadi markas pertahanan rakyat Aceh dalam menghadapi Belanda. Pada saat itu, Belanda juga pernah membakar habis masjid tersebut.

Perlawanan pun berkoban sehingga salah satu komandan pasukan Belanda, Mayjen Kohler tewas tertembak di dahi oleh pasukan Aceh di pekarangan Masjid Raya.

Untuk mengenang peristiwa tersebut, dibangun monumen kecil di depan sebelah kiri Mesjid Raya, tepatnya di bawah pohon Ketapang.

Enam tahun kemudian, untuk meredam kemarahan rakyat Aceh, pihak Belanda melalui Gubernur Jenderal Van Lansnerge membangun kembali Mesjid Raya ini dengan peletakan batu pertamanya pada tahun 1879. Hingga saat ini Mesjid Raya telah mengalami lima kali renovasi dan perluasan (1879-1993).

Mesjid ini merupakan salah satu mesjid yang terindah di Indonesia yang memiliki tujuh kubah, empat menara dan satu menara induk. Ruangan dalam berlantai marmer buatan Italia, luasnya mencapai 4.760 m2 dan terasa sangat sejuk apabila berada didalam ruangan mesjid. Mesjid ini dapat menampung hingga 9.000 jama'ah. Dihalaman depan mesjid terdapat sebuah kolam besar, rerumputan yang tertata rapi dengan tanaman hias dan pohon kelapa yang tumbuh di atasnya.

0 komentar:

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys